KOKOH DI ATAS TERJANGAN OMBAK
PENULIS: IQBAL SYARLIN

BAGIAN PERTAMA
Aku adalah seorang anak laki-laki dari keluarga yang pas-pasan . Aku seorang anak nelayan yang tinggal digubuk nan indah kataku. Hari-hari aku lewati dengan suka cita hidup di tengah  keluarga yang sederhana. Aku meringis kesakitan, Aku begitu rapuh. Air mata juga telah meninggalkanku, kesepian mengisi hidupku. Aku tidak merasa tersakiti lagi, aku mati rasa. Semua perasaan telah meninggalkanku, tetapi aku berusaha tuk tegar menerima takdir yang tuhan telah berikan padaku.
Hem rasa itu mulai aku buang juah-jauh dari pikiran aku. Tak mau larut dari kesedihan yang tak ada hentinya ini. Di pagi yang cerah ini aku melangkah tuk berusaha keluar dari takdir ini. Aku berjalan menuju mimpi, mimpi yang sebagian orang mustahil aku capai. Aku duduk dibangku sekolah menengah atas yang bernama SMA N 1 SINJAI di kelas X 6 . Sekolah yang banyak orang berkata sekolah yang paling di minati di kota ini. Padahal semua sekolah itu sama, di manapun kita sekolah selagi masih ada tekat kuat untuk selalu ingin maju dan selau haus akan pengetahuan yah pasti kita akan berhasil.
Hem aku bangga sekolah di sini, sekolah di mana akan lahir para penerus bangsa. Di sekolah ini aku adalah murid yang IQ nya di bawah rata-rata tetapi tidak terlalu di bawah rata-rata juga , bisa di bilang sedang saja. Aku anak yang pemalas, malas menulis. Terkadang aku selalu di tegur oleh beberapa guru di sekolah soal catatan yang tidak lengkap.
Hari ini kami semua di perintahkan untuk melengkapi catatan. Tetapi aku sibuk sendiri dan tidak menghiraukan apa yang di katakan oleh guru. Salah satu temanku Iwan namanya berkata, “ kenapa kamu tidak melengkapi catatan? ”. Dan aku jawab dengan santainya “nanti sajalah”. Tiba-tiba guru berkata “ Anak-anak tolong perhatiannya sebentar. Minggu depan ulangan harian pertama, jadi yang merasa catatannya tidak lengkap. Saya rasa dia tidak akan bisa menjawab soal yang saya akan berikan. Jadi, jika ada saya dapat ada anak yang mendapatkan nilai di atas anak yang lengkap. Pasti dia mencontek saat ulangan dan perbuatan itu saya tidak suka.”
Wah serasa kata-kata itu tertuju padaku. Sejenak aku berpikir, tak selamanya anak seperti itu mencontek saat ulangan. Hem kata-kata itu membuatku termotifasi untuk membuktikan bahwa perkatan itu salah besar. Belpun berbunyi…. “baik anak-anak bel telah berbunyi silahkan istirahat.”  Kamipun menjawab “baik”. Sebelum pulang sekolah aku bergegas meminjam buku temanku untuk aku foto copy. Aku malas menulis, Jadi foto copy saja. Hem di waktu senggangku aku mempelajari materi ulangan itu.
BAGIAN KEDUA
Hari berjalan waktu terus bergulir. Hari yang dinanti telah tiba, ulangan dimulai. Jantung aku berdebar tidak sabar menanti lembar soal-soal. Lembar soal di bagikan satu persatu kepada kami semua. Aku tarik nafas dalam-dalam dan segera meletakan pena di atas kertas.  “Hem susah juga” kataku dalam hati. Waktupun tak terasa bergulir dan ulangan telah selesai. Lembaran jawaban dikumpul sambil berkata dalam hati, “tuhan semoga ulangan harian pertamaku mendapat nilai sempurna,amin.” Aku berharap tuhan dapat mendengarnya.
Banyak orang-orang di antaraku yang menganggap remeh diriku ini. Tetapi aku anggap itu adalah cambuk untuk menggapai semuanya. Aku anggap itu hal yang biasa. Bermimpi gila itu biasa dan akan luar biasa. Kita lihat para penemu terdahulu yang di anggap gila karena mereka mempunyai mimpi di luar nalar manusia. Mengapa tidak disebut gila mimpi mereka seperti memeluk gunung erverst. Contohnya saja bapak pesawat terbang begitu panggilannya. Beliau bernama Wright bersaudara (Wright brothers), Orville (19 Agustus 1871 - 30 January 1948) dan Wilbur (16 April 1867 - 30 May 1912)  . Beliau bermimpi untuk membuat suatu benda bisa melayang diudara. Pada saat itu orang di sekitarnya menganggap mimpinya itu mustahil. Tapi beliau tetap saja terus berusaha  untuk mencapainya dan akhirnya semua mimpi tersebut terwujud. Jadi jangan takut untuk bermimpi yang segila seperti mereka.
Hem hari pengumuman nilai tiba, aku gugup menanti hasilnya. Satu persatu nilai disebutkan. Banyak dari kami tidak tuntas dan akupun bertambah gugup aku tuntas atau tidak. Nama akupun disebut yang akhirnya aku seketika bernafas lega. Nilai aku tuntas dengan nilai memuaskan.  Guru pun heran dengan raut wajahnya yang tidak bisa percaya bahwa aku bisa seperti ini dengan catatan yang tidak lengkap bisa mendapat nilai tuntas. Aku tertawa dalam hati “ha ha ha ha” melihat raut wajah ibu guruku itu dan berkata dalam hati “tidak ada yang tidak bisa selagi kita berusaha untuk mencapainya. Mimpi di tangan pasti akan tercapai.”
Itulah hidup tak ada seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Penuh misteri, penuh tanda Tanya dan lika liku. Hanya sang pencipta yang mengetahuinya. Sang hakim maha adil yang telah menentukan jalan takdir kehidupan ini. Sebagian orang beranggapan hidup itu sangat rumit, rumit untuk di jalani dan di arungi. Tetapi, bagiku hidup itu tidak sebegitu rumit yang sebagian orang bayangkan. Hidup mereka rumit karena meraka sendiri yang membuatnya rumit tak mau berusah untuk mengubah hidupnya. Hanya mau menjadi benalu di kehidupan orang lain.
BAGIAN KETIGA
Waktu berjalan bagaikan roda yang berputar tak berkata sepatah kata membisu seribu bahasa. Tidak terasa telah sampai disini. Aku telah duduk di kelas XI IS 1. Teman-teman kelas X aku dulu berkata “ mengapa kamu memilih jurusan ilmu sosial padahal kamu memenuhi syarat untuk masuk di ilmu alam.” Aku hanya berkata pada mereka. Inilah jalan hidupku, jalanmu adalah jalanmu jalanku adalah jalanku. Orang-orang heran akan keputusanku ini yang di anggap konyol. Kata mereka “ kau tak akan sukses. Jurusan yang kau pilih tidak akan menuntutmu di jalan kesuksesan.” Kata-kata itu membuat diriku terasa dihempaskan kejurang tak berujung .
Sedikit kemanisan, sedikit kepahitan. Sedikit kedekatan, tidak terlalu banyak. Semua yang aku butuhkan. Semua yang aku butuhkan adalah kebebasan. Cukup dekat untuk dipegang. Tetapi hilang seperti khayalan. Penganyam mimpi, hangat seperti sweater. Melewati awan putih itulah duniaku. Biarkan aku masuk tanpa teriakan, Biarkan aku masuk, aku ragu-ragu. Ada banyak , sangat banyak, sangat banyak seperti aku. Aku tidak sendiri berjalan dalam mimpi dengan penuh keheranan. Melangkah tersandung aku tidak merasa ragu. Ini hanya seperti matahari, akan bersinar kembali. Sekali duniaku menampakkan, akan mengejutkan semua orang. Bukalah mata lihat bagaimana aku berlari, bagaimana aku berputar ke sisi yang lain. Akau akan meluncur seperti burung, aku hanya ingin memiliki. Ribuan sayap untuk terbang untuk menyelidiki langit luas. Banyak belokan untuk putaran, jalur untuk di ikuti dan menemukan duniaku. Ini adalah jalan hidupku kebahagian ada di tanganku. 
Oh iya di kelas ini aku bertemu orang-orang yang hebat . Merekalah para penerus bangsa. Di kelasku ini ada seorang anak yang bagaikan burung di dalam sangkar. Namanya Imam Nursani . Dia seorang anak pengusaha yang sukses, mempunyai banyak kapal. Keseharian anak ini  biasa-biasa saja, tetapi setelah aku amati anak ini begitu berpotensial . Hanya saja dia tidak mau mengasah kemampuannya. Aku percaya lambat laun dia pasti bisa, mampu meraih apa yang dia inginkan.
Pelajaran yang membuatnya pusing tujuh keliling adalah pelajaran matematika. Dia begitu tidak berdaya menghadapi pelajaran ini. Tetapi satu mata pelajaran favoritnya adalah seni. Soal gambar-menggambar berikan padanya. Imajinasinya begitu tinggi, kreatif,kritis dan sang kreator di kelas. Di kelas saingan terberatku yaitu Ika Nurherani. Anak dari desa nun jauh disana. Anak pekerja keras rela bertaruh nyawa untuk mengecap pendidikan di kota. Aku duduk bersama anak milyarder itu sebutannya yang tak lain adalah teman sebangku aku di kelas X . Namanya H. Ridwan Anis. Dia anaknya baik dan dermawan. Ketika kami tak mempunyai uang dialah yang sering membayar makanan kami di kantin. He he he he mungkin dalam hatinya berkata “ aduh makan ongkos.” Tapi kami tak hiraukan yang penting kenyang kenyang kenyang kenyang. Hem Maaf ia teman cuma bercanda. Dia bercita-cita ingin menjadi seorang polisi. Tak lupa pula salah satu temanku ini. Dia anak yang emosionalnya tinggi. Sering marah, tanpa dia kelas serasa sunyi bagaikan di gurun pasir sunyi tanpa penduduk. Suaranya yang ceplas-ceplos membuat suasana kelas terasa menyenangkan dan heboh abis. Namanya Muh. Indmas . Dia anak yang nyalinya paling tinggi di antara kami semua. Kelasku begitu sempurna, indah, mengasyikkan. Pokoknya ramai sekali dan begitu penuh warna dan yang selalu kami pegang teguh adalah “berbuat kecil untuk kehidupan karena dari yang kecil semua bermula menjadi suatu kehidupan.” Kami semua mempunyai mimpi. Semua orang perlu mimpi dengan impian ada kekuatan. Impian menyinari hati bagai mentari menerangi seluruh dunia. Impian membimbing ke jalan yang benar memberi keberanian untuk maju.

Categories:

Leave a Reply